Menjelajahi Kota Tertua di Indonesia, Palembang (Part 1)

Palembang, 21 juni 2023

Empat hari yang lalu, Kota Palembang memperingati hari lahirnya ke-1340. Lebih dari seribu tiga ratus tahun usianya. Kota tertua di Indonesia, disusul oleh Kota Salatiga dan Kota Kediri di urutan kedua dan ketiga. Kota yang pernah dijuluki sebagai “Venice of The East” ini menyimpan banyak kenangan sejarah Nusantara. Mulai dari masa Kerajaan Sriwijaya, sampai perhelatan Asian Games 2018 mewarnai perjalanan panjang Bumi Sriwijaya ini.

Tak hanya sejarahnya, Palembang juga popular dengan berbagai kuliner khasnya. Pempek, Tekwan, Model, Celimpungan, Pindang Patin, Mie Celor, Martabak HAR, dan masih banyak lainnya.

Sudah empat hari ini kami berkunjung ke Kota Palembang. Memanfaatkan musim libur anak sekolah, kami terbang dari Jakarta menggunakan pesawat Super Air Jet. Perjalanan yang sangat singkat. Take off pukul 13.30 WIB dan landing 14.30 WIB. Mendarat di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Tepat pukul 15.00 WIB kami check in di Hotel Grand Daira Palembang. Hotel bintang empat, yang menurut kami lokasinya sangat strategis untuk bisa menikmati Kota Palembang. Jalan kaki ke kanan, terdapat restoran Pempek paling terkenal, Pempek Candy. Sementara jalan kaki ke kiri, terdapat restoran Martabak HAR yang paling awal berdiri, Martabak HAR Simpang Sekip. Di belakang hotel terdapat restoran Pempek Beringin, sementara menyeberang ke depan terdapat restoran Mie Celor H. Syafei.

Tepat di sebelah kanan hotel ini adalah rumah dinas Panglima Kodam II Sriwijaya. Sementara tepat di sebelah kiri, merupakan bangunan cagar budaya, Café berbentuk rumah limas (rumah adat Palembang) yang dulunya adalah tempat tinggal Haji Abdul Razak (HAR).

Kurang dari tiga kilometer, kami sampai ke Jembatan ikonik Palembang, Jembatan Ampera. Hari pertama kami makan malam di restoran Riverside, yang terkenal dengan pemandangan Jembatan Ampera dan masakan-masakan uniknya. Yang paling khas di restoran ini tentu pindang patin segarnya. Dan menu yang unik adalah ayam bakar garam yang disajikan di meja dengan api masih menyala.

Jembatan Ampera dan Sekitarnya.

Nama AMPERA, merupakan akronim dari “Amanat Penderitaan Rakyat”. Di sekitar jembatan terdapat Masjid dan Museum Sultan Mahmud Badarudin II, juga Monpera, Monumen Penderitaan Rakyat. Ada juga Benteng Kuto Besak dan patung ikan belida. Jembatan ini pernah menjadi jembatan terpanjang di Indonesia sebelum dikalahkan oleh Jembatan Suramadu di Jawa Timur dan empat jembatan lainnya. Saat ini jembatan Ampera adalah jembatan terpanjang ke-6 di Indonesia. Jembatan Ampera, menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir, yang dibelah oleh Sungai Musi, sungai terpanjang ke-8 di Indonesia.

Jembatan Ampera dibangun tahun 1962 dikonstruksi oleh perusahaan dan ahli dari Jepang. Di awal operasinya, bagian tengah jembatan ini bisa dinaik-turunkan untuk memudahkan lalu lintas kapal besar. Jembatan dengan warna khas merah ini sangat indah terutama di malam hari karena dihiasi lampu-lampu yang menawan.

Kami menyempatkan diri mengunjungi jembatan Ampera di hari pertama dan ketiga. Hari pertama untuk menikmati pemandangan malamnya, sementara di hari ketiga, menikmati keceriaan kegiatan di sore hari. Terdapat beberapa lokasi kuliner di sekitar Ampera. Makan malam kami menyempatkan ke Restoran Riverside, sementara sore hari berikutnya kami menikmati KFC  di Tepian, dekat Benteng Kuto Besak.

Di sekitar Benteng Kuto Besak (BKB), banyak aktivitas masyarakat terutama permainan-permainan anak. Playground mini, mobil listrik mainan, skuter listrik, melukis, dan banyak yang berdagang dari baju sampai makanan ringan sosis bakar.

BKB sendiri merupakan benteng bersejarah yang saat ini digunakan oleh satuan militer. Sayang sekali masyarakat umum tidak diperkenankan masuk wilayah benteng ini.

Ada juga yang membawa ular sanca dan piton jinak untuk diajak foto bersama pengunjung. Dan untuk pertama kalinya kami benar-benar berani memegang mengangkat ular dengan leluasa di sini. Tenang saja, mulut ularnya sudah ‘diamankan’ oleh pemiliknya, jadi semakin aman bagi anak-anak memegang ularnya.

Saat Adzan Maghrib berkumandang, dari tepian Sungai Musi di bawah jembatan Ampera, kami jalan kaki ke Masjid Agung Palembang. Masjid yang sepertinya juga sudah berusia tua ini, bisa turut merasakan aura masa lalu Kota Palembang. Bahkan masih terdapat kotak amal jadul yang sangat unik di Masjid ini.

Selesai sholat di Masjid, kami pesan taksi online untuk kembali ke hotel. Kami menunggu mobil di Indomaret seberang gerbang Masjid. Sambil menunggu mobil, kami teringat pesan kawan yang bilang, ada Indomie rasa Mie Celor yang hanya ada di Indomaret Palembang. Dan benar saja, kami menemukannya. Lalu kami borong 10pcs stok dari Indomaret dekat kami menunggu mobil.

next, Part 2; Taman Purbakala, Bukit Siguntang, dan berbagai kuliner khas Palembang. Semoga masih ada mood melanjutkan tulisan.

Leave a comment